Ketika Mahasiswa Jepang Belajar Perdamaian di Aceh

Aceh, sebagai salah satu provinsi kaya di Indonesia, yang dahulu pernah didera konflik berkepanjangan dan pada tahun 2004 digucang gempa bumi dan diluluhlantakan oleh gelombang tsunami, kini kondisinya semakin membaik dan kondusif. Perdamaian dan keamanan telah menyelimuti tanah rencong, sehingga karena keberhasilan ini banyak institusi pendidikan dan riset baik di dalam maupun di luar negeri tertarik untuk meneliti dan belajar banyak mengenai Aceh.

Sekitar empat bulan lalu sejumlah profesor dan mahasiswa program magister dan doktor dari berbagai universitas di Jepang yang tergabung dalam Japan Universities Consortium for Peace and Human Security bekerjasama dengan
Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik (Center for Peace and Conflict Resolution Studies—CPCRS) Universitas Syiah Kuala melakukan serangkaian kegiatan bertemakan Short-Study Program on Peace and Human Security dari tanggal 7-18 September 2012 lalu.

Kegiatan pertama adalah symposium internasional bertema “Strengthening Peace and Human Security: Experience from the Fields” pada tanggal 8 September 2012 dengan mengundang sejumlah nara sumber (peneliti) dari Belanda, Jepang, Filipina, Timor Timur, Jakarta serta Banda Aceh.

Simposium ini diikuti oleh kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Banda Aceh dan juga dari luar kota Banda Aceh, unsur mahasiswa, Pemerintah Aceh, kalangan bisnis, unsur partai politik, media massa, ormas dan lembaga swadaya masyarakat.

Kegiatan kedua berupa Banda Aceh Tsunami Tour. Kami, para peserta dari Jepang berkunjung ke musium Tsunami Aceh pada tanggal 9 September 2012 dan selama sehari penuh banyak melakukan tanya jawab dengan tsunami survivors yang diundang ke musium untuk menceritakan pengalaman mereka seputar bencana tsunami.

Berikutnya, pada tanggal 13 September 2012 diadakan kunjungan ke DPR Aceh. Bertempat di ruang badan anggaran, para peserta disuguhi berbagai informasi mengenai perdamaian di Aceh oleh para anggota dewan.

Adapun kegiatan pokok berupa kuliah seputar proses perdamaian di Aceh bersama para dosen Unsyiah dan sejumlah nara sumber dari LSM di Banda Aceh dari tanggal 10-16 September 2012 bertempat di fakultas hukum kampus Universitas Syiah Kuala.

Kuliah perdana bertajuk Cultural and Social Capital for Peace Building, yang disampaikan oleh Saiful Mahdi, PhD (director International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies). Kuliah kedua berjudul Aids Delivery System for Conflict Victims and Former GAM Combatans dengan nara sumber Dr. Hanif Asmara (kepala Badan Reintegrasi Aceh) disusul dengan Peace and Legal Culture yang disampaikan oleh Dr. M Saleh Syafie dari FISIP, Unsyiah.

Nara sumber dari LSM yang memberikan kuliah diantaranya Wiratmadinata (director International Centre for Transitional Justice, Banda Aceh Office) yang berbicara seputar Transitional Justice in Aceh; Suraiya Kamaruzzaman (founder of FLOWER, women’s NGO, and founder of Balai Syura Inoeng Aceh) yang menyampaikan materi mengenai Women and Peace in Aceh, dan
Muslahuddin Daud (Bank Dunia Banda Aceh Office, operation Analysis, Coordinator Post Conflict in Aceh) yang memberikan kuliah: Experiences of Community Based Reintegration Assistance in Aceh.

Di akhir program, tepatnya pada tanggal 17 September 2012, sebelum kembali ke Jepang, kedua belas peserta (mahasiswa) harus mempresentasikan hasil pengamatan mereka selama di Aceh. Acara ditutup dengan makan malam bersama sejumlah pejabat Unsyiah dan penganugerahan sertifikat penghargaan bagi seluruh peserta program.

Kesan Pesan Peserta

“Kami sangat senang bisa ke Banda Aceh. “It’s so amazing!” Kami menikmati begitu banyak hal-hal bagus selama di sini; kesantunan rakyat Aceh, kelezatan masakan Aceh, keindahan panorama, dan lain-lain. Tentu saja kami banyak belajar mengenai perdamaian…Terima kasih…” – Asuka Nagatani & Carla Bringas Moreno (Osaka University of Foreign Studies)

“Banda Aceh is beautiful!” Saya senang ikut kegiatan selama kurang lebih 16 hari ini meskipun agak melelahkan. Saya banyak belajar mengenai peace and security. Saya berharap Aceh will be always peaceful and prosperious forever!” – Chiho Takahashi (Graduate School for IDEC, Hiroshima University)

Bersama DPRD Aceh

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *